Berita
Memahami Bentuk Hymen & Sulitnya Menilai Keperawanan Seseorang
04 Desember 2013 - Berita
Ide dan isu test keperawanan yang baru saja menghebohkan diberbagai media, lebih lanjut perlu ditelaah dan diurai secara ilmiah agar masyarakat mendapatkan informasi yang obyektif, benar dan proporsional. Kenapa pemeriksaan keperawanan itu tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sehingga validitasnya sangat diragukan penting untuk dipahami bersama. Terlebih lagi jika pemahaman keperawanan itu hanya akan dimaknai dengan utuh tidaknya selaput dara (hymen), maka hal ini menjadi sangat tidak adil, karena perilaku dan aktifitas seksual tidak semata-mata hanya melakukan penetrasi (kopulasi) yang membuat hymen robek.
Untuk memahami hal ini perlu dimengerti bahwa hymen adalah lipatan membran yang menutup sebagian luar saluran reproduksi perempuan (vagina). Di saat seorang wanita mencapai usia pubertas, selaput dara menjadi elastis. Hanya 43% wanita melaporkan pendarahan ketika mereka pertama kali melakukan senggama. Manusia mempunyai berbagai jenis selaput dara, yang secara garis besar bisa dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu : 1) Jenis hymen anularis yang lubangnya menyerupai bentuk oval. Bentuk ini adalah jenis yang paling banyak dan masih dengan berbagai variasinya. 2) Jenis Cribriformis, dengan selaput hymen yang berlubang-lubang menyerupai saringan. 3). Hymen dengan septum (penyekat) dan 4). Hymen impervorata yang merupakan jenis kelainan bawaan tidak adanya lubang sehingga darah haid tidak bisa keluar. Bentuk hymen yang dengan kelainan ini sangat jarang. Variasi dari bentuk yang pertama ini bisa bermacam-macam ada yang disebut bentuk Crescent: tidak terdapat jaringan hymen pada jam 12. Jaringan hymen mulai ada pada posisi jam 1 atau 2 berupa pita kecil yang semakin membesar secara maksimal pada posisi jam 6 begitu seterusnya secara simetris akan mengecil kembali pada posisi jam 10 atau 11. Bentuk Redundant: melipat dan kadang2 menonjol kearah dalam. Bentuk yang jarang: Fimbria atau Denticular, Septum (sekat), Cribriform atau lubang kecil2, vertikal (seperti bibir vagina yang ketiga) dan imperforata (tidak ada lubang).
Dengan bentuk-bentuk yang sangat bervariasi tersebut bisa memberikan penjelas secara ilmiah dan obyektif bahwa : 1) Tidak semua hymen robek pada saat melakukan hubungan seksual, terlebih jenis yang elastis dan lubangnya yang sudah cukup lebar. 2).Hymen yang robek tidak musti mudah dideteksi apakah ini nyata-nyata robek atau bagian dari variasi, kecuali robeknya baru dan masih bisa dilakukan visum terhadap luka tersebut. 3). Hanya jenis hymen cribriformis yang mestinya robek saat hubungan seksual dan jenis hymen ini tidak sebanyak jenis annularis. Sedangkan yang impervorata praktis tidak bisa dirobek tanpa pertolongan dokter untuk dilakukan operasi kecil, untuk merobek selaput dengan pisau tajam (incisi), yang sekaligus sebagai terapi untuk mengeluarkan darah menstruasi.
Penjelasan skematis bentuk-bentuk hymen
- Hymen jenis anularis (lobang di tengah selaput berbentuk oval)
Jenis ini tidak serta merta seragam seperti pada gambar di atas akan tetapi banyak variasi dan elastisitasnya serta ketebalan yang bisa berbeda-beda. Hal ini sangat menentukan robek tidaknya pada saat melakukan hubungan seksual. - Hymen jenis bersekat (Septate hymen) Hymen jenis bersekat (Septate hymen)
Jenis ini bersekat, dan sekat bisa hanya di permukaan atau bahkan bisa memanjang sampai dalam, dan robek tidaknya sangat tergantung lebar dan elastisitas sekat serta sisa ruangan/pori/lubang yang tidak tertutup oleh sekat. - Hymen jenis seperti saringan (Cribriformis)
Jenis ini yang dipastikan bisa robek sangat hubungan seksual, karena lobang hanya kecil-kecil di tengah membrane selaput hymen (seperti saringan). - Hymen impervorate (selaput yang sama sekali tidak berlubang)
Jenis ini menimbulkan keluhan berupa darah haid yang tidak bisa keluar dan sering disertai sakit perut secara periodic ( setiap datang haid) karena darah tidak bisa keluar, dan harus segera dilakukan incisi oleh dokter.
Dari penjelasan di atas semoga memberikan pemahaman kepada semua pihak sehingga tidak melakukan penilaian yang tidak berkeadilan terhadap perempuan. Hal itu lebih berbahaya lagi jika penilaian yang tidak berkeadilan akan diformulasikan dalam bentuk regulasi dalam sistem pendidikan sangat menyedihkan.
Sumber : kulonprogokab
Kirim ke Teman Cetak halaman ini Posting komentar Share on Facebook